Fisip UMT

Melihat Pancasila Sebagai Pondasi Aksi Nyata Merdeka Belajar

aksi-nyata-merdeka-belajar

Ayo pelajari aksi nyata merdeka belajar yang dapat dilakukan dengan melebur Pancasila sebagai kurikulum. Tapi, emang bisa? Yuk, dibaca. 


Ketika bicara tentang pendidikan di Indonesia, tidak jarang kita mendengar kritik dan keluhan mengenai sistem yang ada. Aku merasakan hal ini sangat dekat, karena pendidikan adalah kunci utama dalam membentuk masa depan bangsa. Melalui artikel ini, aku ingin berbagi pandangan tentang konsep “Kurikulum Pancasila”dan bagaimana aksi nyata merdeka belajarbisa diterapkan untuk membawa perubahan positif.

Merancang Kurikulum Pancasila Sebagai Aksi Nyata Merdeka Belajar

Pendidikan bukan hanya tentang menghafal pelajaran atau meraih nilai tinggi. Esensinya adalah memberi wawasan, keterampilan, dan kemampuan bagi setiap individu untuk menata kehidupan mereka dengan lebih baik. Namun, sistem pendidikan di Indonesia kerap kali dirasa terlalu padat dan membebani siswa. Misalnya, siswa SMA harus menghadapi 16 mata pelajaran, belum termasuk kegiatan ekstrakurikuler dan les tambahan. Beban ini bisa mengalihkan fokus mereka ke hal-hal yang tidak produktif, seperti game atau bahkan kegiatan negatif.

A. Kurikulum yang Fleksibel Dari Sila Dalam Pancasila


Salah satu langkah awal adalah merancang kurikulum yang lebih fleksibel. Untuk itu, Aku percaya, kita bisa mengambil inspirasi dari sila-sila Pancasila, Karena setiap Sila Pancasila adalah cerminan bangsa yang sudah melekat dan cocok dengan bangsa sejak dulu. Oleh karena itu, aku akan mencoba mengikat beberapa pelajaran di sekolah dengan sila Pancasila sebagai langkah awal dari aksi nyata merdeka belajar, sehingga tercipta hanya lima pelajaran yang harus diikuti setiap siswa di sekolah. Berikut ulasanya:

  1. Keterkaitan Sila Pertama Dengan Pertama Pelajaran Agama

Walaupun sering dipandang negatif oleh beberapa kalangan saintis, menghubungkan siswa dengan nilai-nilai spiritual dan moral adalah esensi dalam pelajaran agama. Agama juga mengajarkan beberapa sendi kehidupan. Bagi Aku pribadi nih, Agama itu sama halnya mirip seperti pelajaran filsafat namun dalam kemasan yang berbeda.

  1. Keterkaitan Sila Kedua Dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Mengajarkan siswa tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang beradab dan adil adalah langkah penting untuk menciptakan masyarakat yang melek hukum di Negara ini. Oleh karena itu, sebenarnya pelajaran ini juga penting.

  1. Keterkaitan Sila Ketiga Dengan Bahasa Indonesia

Menyatukan seluruh bangsa melalui bahasa yang sama dan memperkuat komunikasi adalah esensi sebenarnya dari pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan Pelajaran Bahasa Indonesia juga seharusnya kita bisa berekspresi dan menyalurkan semua keunikan yang kita miliki.

  1. Keterkaitan Sila Keempat Dengan Pengetahuan Akademik

Bidang akademik yang dimaksud seperti pada bidang yang spesifik seperti Matematika, Sains, dan Sosial, yang memungkinkan siswa menjadi ahli dan bijaksana dalam suatu bidang. Karena pada bidang-bidang inilah kita dapat berperan dalam Masyarakat. Dan dalam poin ini aku tekanin setiap siswa harusnya mengambil salah satu dari bidang-bidang tersebut.

  1. Keterkaitan Sila Kelima Dengan Keterampilan dan Seni

Mengembangkan keterampilan praktis dan seni yang memberi keadilan sosial dalam pendidikan. Dalam pelajaran seperti Olahraga, Seni, Prakarya dan lain sebagainya akan menjadi pelipur lara dan media berekspresi bagi setiap siswa. Dan aku juga nekenin nih, pada poin ini setiap siswa harusnya mengambil salah satu dari bidang-bidang yang dimaksud.

 B. Fokus Pada Minat dan Bakat

Selain mata pelajaran inti seperti Agama, PKn, dan Bahasa Indonesia, siswa diberi kebebasan memilih pelajaran tambahan sesuai minat mereka. Misalnya, seorang siswa yang tertarik pada seni bisa fokus pada pelajaran seni budaya dan prakarya, sementara yang tertarik pada teknologi bisa memilih pelajaran IT dan sains.

C. Metode Pembelajaran Aktif

Pembelajaran seharusnya tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui praktik langsung dan proyek-proyek nyata. Ini bisa melibatkan kerja kelompok, penelitian lapangan, dan magang. Aku percaya, dengan metode ini, siswa akan lebih mudah memahami materi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa Kurikulum Pancasila?

Konsep “Kurikulum Pancasila”hadir sebagai solusi untuk mengatasi masalah ini. Ide utamanya adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka, tanpa tekanan yang berlebihan. Hal ini tidak berarti mengurangi kualitas pendidikan, tetapi justru menekankan pada efektivitas dan relevansi pembelajaran. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan aksi nyata merdeka belajar yang digalangkan pemerintah.

Tantangan dan Solusi

Tentu saja, implementasi Merdeka Belajar tidak tanpa tantangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Daya

Sekolah perlu didukung dengan fasilitas yang memadai untuk mendukung pembelajaran berbasis minat dan bakat. Pemerintah dan swasta bisa bekerjasama untuk menyediakan ini.

  1. Pelatihan Guru

Guru harus diberikan pelatihan agar mereka siap mengadopsi metode pembelajaran yang baru dan lebih fleksibel.

  1. Kolaborasi dengan Industri

Menghubungkan pendidikan dengan kebutuhan industri akan memastikan bahwa siswa memiliki keterampilan yang relevan dengan dunia kerja.

Kesimpulan

Konsep “Kurikulum Pancasila”menawarkan jalan keluar dari permasalahan sistem pendidikan yang terlalu kaku dan membebani. Dengan kurikulum yang lebih fleksibel, fokus pada minat dan bakat siswa, serta metode pembelajaran yang aktif, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia nyata. Aku berharap, dengan aksi nyata belajar merdekaini, kita bisa membawa perubahan positif dan nyata dalam sistem pendidikan Indonesia.


Mari kita bersama-sama berkontribusi dalam mewujudkan Merdeka Belajar, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Exit mobile version